25 November tanggal dimana mereka diperingati. Tahun ini tanggalitu jatuh pada hari Kamis. Dengan tekun dan sabar mereka membuka cakrawala dunia yang berwarna-warni. Membawa sejuknya angin ilmu dari surga. Memancarkan sinar ilmu pengetahuan kepada para siswanya. Bak pelangi yang berwarna-warni, mereka temukan warna-warni karakter siswa mereka.
Berbagai cara dilakukan untuk memperingati hari PGRI penuh makna ini. Dari mulai upacara sampai lomba diadakan untuk memperingati hari PGRI tahun ini. Seperti halnya para guru SMP Negeri 1 Purwodadi. Setelah mengikuti upacara di alun-alun kota, mereka mengadakan tasyakuran sederhana untuk memperingti hari mereka.
Sebenarnya makna hari PGRI bukanlah hari dimana para guru dapat bersenang senang sepuasnya. Seharusnya para guru bercermin dari tindakan dan cara mereka dalam belajar. Sudahkah bisa mereka meluruskan dan menuntun para siswanya menuju jalan jalan yang lebih baik? Atau tak ada perubahan yang mengarah manuju kebaikan dari siswanya.
Tak hanya itu saja. Gelar “SANG PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” kini tak cocok mereka sandang. Mereka tidak akan mengajar apabila tak ada upahnya. Berbeda dengan para guru pada zaman dahulu. Tak memikirkan upah yang mereka dapat, mereka dengan tulus mengarahkan siswanya menjadi insan yang lebih baik. Bagi mereka, kesuksesan dan perubahan sikap para siswanya menjadi lebih baik adalah upah yang tak ternilai harganya.
Hari PGRI ke 65
Tanggal 25 November 2010 adalah hari PGRI yang ke- 65.Untuk memperingati hari jadinya semua guru Upacara bendera di Alun-Alun Purwodadi ,termasuk guru SMPN 1 Purwodadi.Maka dari itu sekolah diliburkan.Upacara dimulai jam 08.00 – 10.00 WIB.Setelah upacara selesai, semua guru di SMPN 1 Purwodadi merayakannya kembali disekolah dengan mengadakan acara sederhana.
Selama 65 tahun guru berjuang tak pernah lelah, selalu sabar dalam mengajar dan membimbing,membuka ilmu untuk para siswa,membuka dunia luar yang tersembunyi.Sekarang pahlawan tanpa tanda jasa sudah tak jaman lagi.
Walaupun guru bergelar “ PAHLAWAN TANPA TANDA JASA “ terdapat juga guru yang tidak cocok untuk menyandang gelar tersebut.Guru zaman sekarang dan guru zaman dahulu berbeda jauh.Guru zaman dahulu tidak pernah mengharapkan imbalan,dia sangat senang apabila muridnya pandai.Berbeda sekali dengan guru zaman sekarang,sekarang guru jika tidak ada imbalannya tidak mau bekerja dengan sungguh-sungguh mengajari muridnya.Tapi tidak semua guru zaman sekarang seperti itu,ada juga yang ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.
Namun tetap saja gurulah pahlawan.Dengan sabar mereka mengarahkan siswanya kejalan yang lebih cerah,dan memberi ilmu yang luas agar muridnya menjadi pandai dan berwawasan luas,dan guru akan senang apabila muridnya sukses.
Dairy Adinda
Dairy Adinda
Adinda kirana dewi adalah namanya. Panggilan akrabnya Dinda. Dia bersekolah di SD Negeri 3
Meskipun seringkali harus ditranfusi darah, bahkan diharuskan dirawat di rumah sakit. Adinda tidak memusingkan dirinya. Ia memiliki sengsat hidup,semangat juang yang sangat tinggi. Ia sangat optimis dalam hidupnya.
“Apa kau tak takut kalau ditransfusi,Din?” tanya Tania, sahabat dari Adinda. Tania sering cemas dengan keadaan Adinda. Sehingga dia selalu melindungi Adinda dari teman-temannya yang usil.
“Apa yang ditakutkan?” balik Adinda. Tania sangat kagum dengan ketegaran sahabatnya. Tak terkira sakitnya jika tak ada darah yang bisa ditransfusi untuk Adinda. Apalagi bila dilihatkan dengan jarum dia sangat takut. Tania berdoa agar sahabatnya tercinta tak apa-apa.
Dengan diarynya Adinda menulis semua kejadian yang dia alami hari ini. Adinda memang mempunyai kelemahan fisik tapi dia diberi kemampuan oleh Allah. Melalui jari-jemarinya dia menulis berbagai karya. Adinda mempunyai bakat yang amat besar. Saat Adinda disuruh ibu guru membacakan puisi, Adinda sangat menghayati apa yang ia baca. Semua terpaku dan terdiam saat Adinda membacakan puisi tersebut. Setelah selesai Adinda membacakan puisi tersebut semua se-isi kelas menepuk tangani. Setelah itu semua baru sadar bahwa tak ada yang mungkin oranr yang memiliki kelemahan , mempunyai kemampuan yang sangat besar.
Tet …..tet ….tet…. bel telah berbunyi tanda anak –anak pulang. Saat Adinda berjalan menuju depan pintu gerbang Tania memanggil “Dinda mu gak kalau aku ajak ke warung bakso Mang Udin. “Tan mau!” jawab Dinda. “Tan udara disini sejuk banget ya?” Tanya Dinda. “memang udara disini sejuk” jawab Tania.
Adinda mengeluarkan jurusnya,yaitu dairy kesayangannya. Adinda menulis puisi tentang ibu guru:
Pengorbanan Sang Guru
Kau bagai surya menerangi jalanku
Menerangiku di negeri yang masih buta
Untuk menempuh kehidupan baru di negeri
Untuk jalan yang lurus
Kakimu seperti baja
Menggayuh sepeda yang sudah tua
Hanya untuk murid-murid tersayang
Tak kenal lelah dan letih
Semua wawasanmu kau berikan padaku
Kau mengajariku yang tak bisa
Menulis ….
Membaca …
Kau bagai kupu-kupu menabur kebajikkan
Membangun semangat para murid-muridmu
Tak membedakan mana yang kaya dan miskin
Mengajari murid-murid dengan sabar
Semua baktimu kan ukir dalam hatiku
Ciri khasmu takku lupa
Yaitu senyummu yang manis
Di bibir yang sangat merah
Aku menjadi takut bila kau marah
Tapi kemarahanmu bukan untuk menakutiku
Melainkan untuk mengajariku disiplin
Sungguh besar pengorbananmu…
Tak terkira harganya jasamu…
Terima kasih guru…
Atas jasamu untukku…
Adinda menulis puisi ini untuk ibu guru yang telah membimbingnya. Berterima kasih kepada ibu guru. Hari ulang tahun guru dirayakan semua guru berkumpul untuk mengikuti upacara. Maka dari itu Adinda menulis puisi untuk ibu guru.
Setalah menulis diary,Adinda menuju Bundanya yang sedang menonton televisi. Bunda bertanya”Kelihatannya anak bunda yang cantik lagi seneng banget”. Adinda hanya tersenyum malu.”Ada apa anakku yang paling cantik di seluruh dunia kok kelihatannya riang sekali?” Tanya bunda. Adinda menceritakan semua kepada bundanya.
Adinda tidur di pangkuan bundanya” Bunda aku tidur dipangkuan bunda seperti di atas awan yang sangat halus dan melindungiku selama tidurku” kata Adinda.” Ada-ada saja kau Din”jawab bunda. “ Adinda tidur ya nak tidur yang nyenyak”kata bunda. Adinda terlihat tidurnya sangat nyenyak,bunda Adinda sih kasihan sama Adinda karena punya penyakit tak ada obatnya. Hanya cuci darah itu juga tergantung dari darah yang masih segar. Kalau tak ada pasti Adinda meraung kesakitan.
Adinda tidak melihatkan tanda-tanda yang aneh. Tetapi dalam tidurnya Adinda sangat nyenyak. Karena pagi Adinda dibawa ke rumah sakit oleh bundanya karena sakit panas. Setelah siang, Adinda kejang-kejang. Bundanya sangat takut karena Adinda kejang-kejang. Bunda Adinda sempat meneteskan air mata. Setelah dirawat insentif , apa yang terjadi nyawa Adinda tak tertolong.
Bunda Adinda menangis histeris dan saat itu juga Tania mendengar Adinda sudah tidak ada hati Tania sangat remuk ketika ditinggal sahabat dekatnya.
Sekarang yang hanya tertinggal hanya torehan karya Adinda dari jemari-jemarinya yang lembut. Kisah ini tak terlupa oleh semua teman di sekitarnya.
The End Syifa VII H
Syarat Prestasi
Aktivitas siswi di Perputakaan SMP Negeri 1 Purwodadi
Kantinku juga tak mau ketinggalan bersihnya
Reduce Karya siswa-siswi SMP Negeri 1 Purwodadi
Praja Muda Karana SMP Negeri 1 Purwodadi EmaNg HebaaaaaatH !
HUT ABRI Ke-65 di Purwodadi Grobogan
Action anak-anak SMP N1 jadi Wartawan Amatir Kecil
Puisi Kontemporer
Juara Dota
Ku bertatih-tatih untuk mencoba
Ku terus berusaha dan mencari masternya
Ku terus mencoba tapi tak semudah yang ku bayangkan
Ku semakin berfikir bagai mana cara untuk mendapatkannya
Salu ku coba tapi tak mampu dan tak bisa untuk menjadi yang terbaik
Ku cari di berbagai media, ku cari terus tapi mengapa sampai saat ini ku tak bisa
Hari terus bergantiku coba untuk berusaha dan ku tak dapat dan ku tak tau bagaimana, dan siapa yang bisa mengajariku
Tak ku sangka, kemarin ku temukan siapa menjadi problem dan pemecahan masalah
Dia adalah keki dan ku bertanya bagaimana cara untuk menjadi yang terhebat, tapi dia membisu seperti krupuk terkena air
Ku terus bertanya dan diapun masih seperti tadi
Akhirnya ku tak kuat untuk bertanya ku bagaikan burung yang tak bisa terbang ternyata dia bisu aku pun tak bisa untuk bertanya
Setelah hari itu ada sepucuk surat dari keki dan aku buka surat itu aku terasa ada celah atau ada harapan ku senang seperti danau dengan air dan pohon yang dapat mengisi keindahan danau
Nama : Zein Priyambada
Kelas : VIII b
Tanggal :12 Agustus 2009
Balada Pengamen tua
Kala sebaya sibuk menikmati sisa hidup
Sibuk siapkan irama sandungan
Langkah kaki yang tak pernah redup
Di tengah terik , debu, bahkan hujan
Berbekal kecekan tutub botol bekas sirup
Kau ayunkan di tangan yang telah keriput
Kerincing parau suara tua
Senandungkan lirik balada jawa
Ala koboi kesiangan berpora di bawah lampu merah
Topi kusam jaket lusuh dan sepatu berbeda seri
Beraksi disela-sela kendaraan mewah
Milik pribadi hanyalah harapan mimpi
Dendang lagu zaman tak kalah
Lantun lirik irama digubah
Sluku-sluku Bathok lagu daerah
Harapkan rupiah orang-orang bersedekah
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung mutho
Mak jenthiiit................
Tit ..tuit peluit pak polisi buyarkan konsentrasi
Langkah seribu mencari aman diri
Takut dibawa trantib masuk bui
Masuk masjid hilang harap sesuap nasi
Kali azdan berkumandang
Sempatkan waktu tunaikan kewajiban
Walau bersajadahkan koran
Sembah sujud penuh kekhusukan
Hanyalah secuil harapan dan impian
Warna hari demi hari tak akan terlupakan
Untuk melanjutkan waktu kemudian
Hari ini puasa besok harus makan
Oleh :
M. Khoirul Anam / VII G
SMP Negeri 1 Purwodadi
NIS : 15781
Tidak ada komentar:
Posting Komentar